Saat Pelajar Banyuwangi Saling 'Bertanding' Kesenian Angklung

Minggu, 18 Februari 2018


BANYUWANGI - Beragam kesenian khas daerah terus dimunculkan dalam agenda wisata Banyuwangi Festival. Sabtu malam (17/2), giliran Angkluk Caruk pelajar ditampilkan di Gesibu Banyuwangi dimana pelajar yang tergabung dalam kelompok musik angklung saling "beradu" menampilkan kepiawain bermusik dan tebak lagu. Meski di bawah guyuran hujan, ratusan pemusik pelajar ini tak gentar dan bersemangat tampil. Setiap penampilan harus diisi dua grup, karena mereka harus saling caruk untuk bertanding memainkan musik angklung. Caruk artinya bertemu. Mereka saling beradu musik, menebak lagu, dan mengeluarkan "guyonan" khas Using (suku lokal Banyuwangi) yang membuat penonton tergelak-gelak. Para penonton sangat terhibur saat menyaksikan kelucuan para badut dari masing-masing kelompok yang pandai mengocok perut dengan gerakan joged-nya yang menggemaskan. Bupati Banyuwangi pun yang hadir membuka acara turut tergelak mendengar celotehan dari salah satu pemain angklung pelajar itu. Saking gemasnya dengan penampilan angklung dari salah satu peserta SD Blimbingsari yang lucu dan kreatif, usai acara Anas tiba-tiba menggendong peserta yang berperan sebagai badut. "Saya tadi benar-benar gemas melihat mereka. Kok sekecil ini bisa atraktif begini ya. Ajarin Bapak ya Nak," kata Anas. Menyemangati para peserta, sebelumnya Anas tetap membuka acara tersebut meski di bawah guyuran hujan. Menurut Anas, festival angklung caruk dimasukkan dalam agenda Banyuwangi Festival ini sebagai upaya untuk mempertahankan tradisi budaya angklung yang sudah berlangsung turun temurun. Apalagi dalam pertandingan angklung tersebut, ada tujuh gending asli Banyuwangi yang harus dikuasai tiap peserta. Yakni Thong-thong Bolong, Padang Ulan, Mak Ucuk, Pethetan, Bang Cilang-Cilung, Peteg-peteg Suku, dan Untring-untring. "Pemkab ingin agar kesenian ini bisa diregenerasi ke pelajar agar kelak tak punah. Mereka semua yang tampil hari ini hebat. Saya atas nama pemkab mengucapkan terima kasih atas segala kreativitas dan kerja keras anak-anak," ujar Anas.  Penampilan masing-masing peserta juga terlihat sangat atraktif dan penuh semangat dengan didukung permainan musik yang rancak. Bahkan tak jarang para penabuhnya menyelipkan aksi panggung di luar dugaan. Seperti berlompatan di atas panggung, atau tiba-tiba melompat sambil memukulkan dua buah kentongan bambu sehingga menghasilkan tampilan unik.  Kreativitas para peserta yang masih duduk di bangku sekolah tingkat SD, SMP, SMA/SMK itu mampu menghibur para penonton yang hadir. Para pemain pun mengaku sangat senang mereka diberi ruang untuk bisa tampil di hadapan banyak penonton. Seperti yang diungkapkan Robbitul Hakiki. Pelajar SD asal Srono ini mengaku senang bisa menghibur penonton termasuk Bupati Anas. "Senang banget bisa tampil di sini. Ramai, banyak yang lihat. Apalagi malam ini kami pulang bawa piala. Alhamdulillah, berkat kekompakan semua anggota tim, akhirnya kami jadi penyaji unggulan," ucap Robbi dengan bangga. Robbi mengaku dia bersama kelompoknya berlatih keras selama 3 minggu. Dalam "pertandingan" angklung semalam, kelompok Robbi berhasil menebak lagu 'Pethetan' yang dilontarkan pihak lawan, sementara sang lawan tidak bisa menebak lagu 'Untring-untring' yang mereka lontarkan.  Festival angklung caruk ini diikuti oleh 11 grup, yang terdiri atas grup pelajar SD, SMP hingga SMA/SMK sederajat. Dalam penampilan malam tersebut, dililih pelajar dengan penyaji terbaik, badut terbaik, sinden terbaik, penabuh angklung terbaik, penggendang terbaik, busana terbaik, hingga penyaji unggulan. (*)


Berita Terkait

Bagikan Artikel :