Perekonomian Meningkat, Layanan Bea Cukai Banyuwangi Ditingkatkan

Sabtu, 26 Januari 2019


Banyuwangi – Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Banyuwangi yang terus meningkat, kualitas layanan Bea Cukai turut ditingkatkan. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang awalnya tipe pratama, meningkat menjadi tipe Madya Pabean C. 

Peningkatan tipe ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Heru Pambudi. 

“Kami sedang mendorong perekonomian di daerah dengan mengubah layanan bea dan cukai. Yang awalnya hanya berfungsi sebagai koleteral (pengumpul) bea dan cukai. Saat ini, paradigmanya kami ubah untuk membuat program yang memberikan pelayanan pada peningkatan perekonomian daerah,” ungkap Heru, saat meresmikan gedung baru Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai menjadi Tipe Madya Pabean C, Jumat (25/1).

Heru mengatakan, Banyuwangi sebagai salah satu daerah yang diproyeksikan mengalami peningkatan ekonomi, mendapat perhatian dari Ditjen Bea dan Cukai. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas layanan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Banyuwangi. 

“Selain itu kami tidak hanya akan mendorong pencatatan nilai ekspor yang di Banyuwangi saja. Tapi, kita akan memberikan insentif fiskal bagi para pelaku usaha, baik industri maupun UMKM di Banyuwangi,” jelas Heru.

Bentuk insentif fiskal tersebut, lanjut Heru, dengan memberikan kebebasan untuk mengimpor bahan baku industri yang berkembang di Banyuwangi. Dengan adanya insentif tersebut, diharapkan mampu menekan biaya produksi sehingga harganya mampu bersaing di tingkat dunia. Dengan demikian, nilai ekspor dari Banyuwangi pun akan meningkat.

“Untuk bisa mendapat insentif fiskal, tinggal melakuka regestrasi dan permohonan izin di Kantor Bea Cukai Banyuwangi,” jelasnya.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengharapkan peningkatan layanan dari bea cukai tersebut, mampu mendorong pencatatan nilai ekspor di Banyuwangi. Selama ini, banyak produk ekspor dari Banyuwangi yang tercatat di luar daerah. Seperti Bali, Surabaya dan Jakarta. Sehingga tidak memberikan dampak pada perekonomian daerah.

“Banyak barang-barang ekspor dari Banyuwangi yang justru tercatat di Bali, Surabaya dan Jakarta. Hal ini akhirnya tidak menggambarkan pertumbuhan ekonomi daerah. Sehingga daerah kurang mendapatkan manfaat dari hal tersebut,” ungkap Anas.

Apalagi, lanjut Anas, potensi ekspor di Banyuwangi bakal terus meningkat. Selama ini telah ada galangan kapal dari PT Lundin, pengalengan ikan tuna, dan pada tahun depan akan ada pabrik kereta api dari PT INKA. Belum lagi dengan potensi UMKM yang selama ini harus diekspor lewat Bali.

“Dengan adanya pelabuhan dan juga penerbangan internasional di Banyuwangi,tentu bukan hal sulit untuk meningkatkan ekspor dari Banyuwangi,” imbuh Anas. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :