Pemkab Banyuwangi dan Pelaku Wisata Sepakat Pengembangan Pulau Tabuhan Harus Pacu Ekonomi Lokal

Selasa, 11 Februari 2020


BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi dan para pelaku wisata berdiskusi bersama terkait rencana pengembangan Pulau Tabuhan, Selasa (11/2/2020). Semuanya sepakat bahwa pengembangan pulau untuk peningkatan pariwisata tersebut akan dilakukan dengan  mengedepankan konservasi sekaligus memastikan dampak ekonominya bisa dirasakan warga setempat.

Dialog yang berlangsung akrab tersebut diikuti 150 orang perwakilan pelaku wisata. Di antaranya kelompok sadar wisata (pokdarwis) Grand Watu Dodol, Pantai Cacalan, Pantai Cemara, Bangsring Under Water, Kampe, Bengkak, Pantai Boom, Pantai Mustika, Ringin Putih, dan Pulau Merah. Juga ada perwakilan Asosiasi Travel Masyarakat Pesisir Wongsorejo, Kelompok Usaha Jasa Penyeberangan, dan kuliner pesisir.

Sekretaris Kabupaten Banyuwangi Mujiono menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para pelaku wisata yang selama beberapa tahun terakhir ini telah bergotong-royong bersama memajukan pariwisata Banyuwangi.

“Terima kasih atas dukungannya. Tentu ini kian memperkuat komitmen kita bersama bahwa pengembangan Pulau Tabuhan harus berdampak pada kesejahteraan warga dan memastikan konservasi bisa dijalankan dengan baik,” ujarnya.

Mujiono mengatakan, rencana pengembangan Pulau Tabuhan telah dimulai sejak 2015. Sempat ada swasta dari Italia yang tertarik mengembangkannya. Namun, hal itu urung dilakukan setelah swasta tersebut mengetahui mahalnya pengembangan pulau untuk wisata.

“Lalu muncullah EBD Paragon pada tahun 2019 yang menawarkan untuk investasi di Pulau Tabuhan lewat perjanjian sewa. Kami melihat track record yang bagus dari perusahaan ini. EBD Paragon juga dipercaya pemerintah pusat menjadi salah satu pengembang kawasan wisata Mandalika, NTB, dan Labuan Bajo,” ujar Mujiono.

Dalam kesempatan diskusi tersebut, asosiasi pelaku wisata meminta Pemkab Banyuwangi agar mengakomodasi keinginan mereka terkait pengembangan Pulau Tabuhan, mulai soal konservasi hingga menggerakkan ekonomi lokal.

Seperti yang diungkapkan Azis, dari Pokdarwis Grand Watu Dodol (GWD). Azis  meminta pengembangan Pulau Tabuhan melibatkan kapal angkutan warga lokal.

Selain Azis, Ketua Asosiasi Nelayan Banyuwangi Ikhwan Arief juga memberikan masukan terkait pengembangan Pulau Tabuhan. Ikhwan meminta agar pembangunan pulau dilakukan dengan menggunakan perspektif laut, bukan daratan. Selain itu, agar aktivitas nelayan yang menjadikan Pulau Tabuhan sebagai area fishing ground utama bisa terlindungi.

“Kami juga berharap atraksi wisata seperti diving dan snorkeling langsung melibatkan kami. Kalau itu semua dipenuhi, kami semua akan bergandeng tangan dengan pengembang untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan setempat. Bahkan, kami akan ikut menanam terumbu karang di sana,” cetus Ikhwan.

Apa yang menjadi keinginan pelaku wisata tersebut diapresiasi Pemkab Banyuwangi.

“Sudah klop dengan keinginan kita semua. Sebagaimana pengembangan wisata di tempat lain, ujungnya adalah ekonomi warga lokal dan dengan tetap menjunjung kearifan lokal, termasuk melakukan konservasi,” ujar Mujiono.

Karena saat ini baru tahap penandatanganan nota kesepahaman antara Pemkab Banyuwangi dan swasta, maka apa yang menjadi keinginan nelayan dan masyarakat nanti akan dimasukkan ke dalam perjanjian kerjasama (PKS) antara Pemkab Banyuwangi dan investor.

“Insya Allah jika pariwisata makin ramai, ekonomi warga akan kian sejahtera,” pungkasnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :