Karnaval Kebangsaan Banyuwangi Hadirkan Kebhinekaan dalam bentuk Pawai

Senin, 13 Agustus 2018


Banyuwangi - Memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 73 tahun,  Pemkab Banyuwangi menggelar sederet event menarik yang terangkum dalam Festival Merdeka. Salah satunya, festival karnaval kebangsaan yang digelar hari ini, Senin (13/8). Suasana meriah pun langsung tergelar saat ribuan pelajar menampilkan beragam kesenian Indonesia. Ada yang membawakan tari kecak dari Bali, tari lilin dan tari payung khas Minang Kabau, serta tari Muang Sangkal dari Madura. Tentunya, kesenian asli Bumi Blambangan juga ditampilkan.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengatakan, karnaval kebangsaan adalah agenda rutin yang digelar setiap tahun di Banyuwangi. Acara ini konsisten menampilkan beragam adat dan budaya Nusantara untuk mengingatkan seluruh warga akan kebhinekaan Indonesia.

“Melalui karnaval kebangsaan ini kita tampilkan Indonesia dalam bentuk mini. Wujud Indonesia yang kaya akan ragam budaya, etnis, adat istiadat dan agama. Dengan semangat kemerdekaan, mari jadikan kegiatan ini momentum agar kita selalu sadar menjaga kebhinekaan. Tetaplah bersatu dalam kondisi apapun, jangan mudah terpecah belah,” kata Wabup Yusuf.

Festival Karnaval Kebangsaan ini diikuti sebanyak 3000 pelajar tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK Negeri dan swasta se-Banyuwangi yang terbagi dalam 24 kontingen.

Karnaval yang dilepas dari depan Kantor Pemkab Banyuwangi menuju finish di Taman Blambangan ini, diawali oleh penampilan menarik 100 penari yang membawakan tarian Pelangi Nusantara. Tarian ini menceritakan keberagaman budaya, adat dan tradisi masyarakat Indonesia diantaranya kebudayaan Papua, Bali dan Jawa.

Penampilan mereka, disusul barisan drumband, yang secara berturut-turut diikuti barisan di belakangnya. Ada barisan pembawa bendera merah putih dan identitas negara, lalu diikuti barisan masing-masing kontingen dengan kostum yang memvisualisasikan kebhinekaan suku dan adat di Bumi Pertiwi. Ada Suku Madura, Dayak, Betawi, Adat Papua, Minang Kabau, dan masih banyak lagi.

Tak ketinggalan, sajian apik fragmen yang mengisahkan beragam tradisi dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti tradisi Karapan Sapi Madura, Kisah Roro Jonggrang, dan Ramayana.

“Kami harap karnaval tematik semacam ini bisa diterapkan juga di tingkat kecamatan. Sehingga semangat menjaga kebhinekaan juga bisa dirasakan hingga ke daerah,” imbuh Wabup Yusuf.

Selain menampilkan Indonesia dalam bentuk mini lewat kostum bhinneka tunggal ika yang dikenakan peserta, karnaval ini juga menampilkan karya IPTEK pelajar SMK se Banyuwangi. Misalnya, teknologi robot, perkapalan, dan teknologi pembangkit listrik tenaga air, uap dan surya.

Karnaval ini semakin istimewa kala barisan anak-anak penyandang disabilitas yang tergabung dalam kontingen pendidikan khusus layanan khusus (PKLK) turut beraksi dengan menampilkan sejumlah prestasi yang mereka raih. Misalnya, ada yang juara I bulu tangkis tingkat provinsi khusus bagi penyandang Tuna Rungu.

Alunan musik khas Banyuwangi yang rancak di sepanjang jalan protokol Banyuwangi semakin membuat pawai ini berlangsung atraktif dan tidak membosankan. Pesertanya pun terlihat antusias menampilkan atraksinya.

Seperti yang diungkapkan Jovencia Aileen, siswi SMP Katholik Santo Yusuf Banyuwangi ini mengaku sangat senang bisa menjadi peserta karnaval.

“Senang sekali bisa ikut karnaval ini karena bisa melihat betapa berwarnanya Indonesia. Mulai pakaian adatnya, kuliner, kesenian, hingga tradisinya. Makanya, saya sengaja mengajukan diri ke sekolah,” kata Jovencia. (*)

 

 

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :